Gurutta Lanre Said, dirikan pesantren dari mimpi (I)

Selasa, 07 Agustus 2012 - 07:42 WIB
Gurutta Lanre Said, dirikan pesantren dari mimpi (I)
Gurutta Lanre Said, dirikan pesantren dari mimpi (I)
A A A
Sindonews.com - Hari ini, (7/8/2012) Pondok Pesantren Darul Huffadh genap berusia 37 tahun. Pondok pesantren ini didirikan oleh Gurutta H Lanre Said pada 7 Agustus 1975 di sebuah kampung bernama Tuju-Tuju, Kecamatan Kajuara, Bone, dengan tujuh santri pertama.

Lanre Said lahir pada 1923 di desa kecil bernama Ulunipa dengan nama Said. Orangtuanya bernama Andi Passennuni Petta Ngatta-Andi Marhana Petta Uga. Beliau tumbuh dan berkembang atas didikan ayahnya di kampung yang sekarang dikenal dengan nama Manera, Salomekko. Sebagaimana dikutip dari website resmi Darul Huffadh, Gurutta H Lanre Said merupakan salah satu murid yang diajar langsung oleh AGH Muhammad As’ad di Sengkang.

Oleh ayahnya, Lanre Said dikirim belajar ke Sengkang pada usia 10 tahun. Kurang lebih 16 tahun beliau mengisi waktunya untuk menghafal Alquran dan ilmu ilmu agama serta mengabdikan diri di pondok tersebut. Di Pondok inilah beliau membangun pondasi pengetahuan agama dengan bimbingan langsung AGH Muhammad As’ad.Setelah mengabdikan diri kurang lebih empat tahun, beliau ke Selayar untuk membuka sekolah dan mengajar selama dua tahun.

Tepatnya pada 1962, dia memulai ekspedisi dakwah ke luar Sulsel. Dia bersama sekitar 26 tenaga pengajar memulai perjalanan dakwah menuju Pulau Kalimantan. Beliau berdakwah selama dua tahun setengah namun tidak ada tanda-tanda yang ditemui di pulau tersebut untuk dijadikan lokasi pendirian pondok pesantren.Maka beliau melanjutkan perjalanan ke Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk berdakwah sekaligus mencari tempat yang cocok untuk didirikan pondok pesantren.

Setengah tahun disana, juga tidak ada tanggapan positif masyarakat setempat. Bahkan,Lanre Said tidak diizinkan menyentuh masjid apalagi salat di dalamnya.Dia akhirnya meninggalkan tempat tersebut dan tidak mendapatkan tempat yang sesuai untuk dijadikan lokasi pendirian pondok. Kemudian beliau berangkat ke Surabaya, Cirebon, dan Jakarta. Selama 10 tahun keliling di Pulau Jawa, belum juga mendapatkan tempat yang cocok pendirian pesantren.

Cukuplah 13 tahun lamanya Lanre Said mengadakan perjalanan untuk mencari tempat sesuai tanda-tanda yang diperlihatkan kepada dirinya melalui mimpi. Ustaz Lanre Said mendapat petunjuk dari Allah SWT melalui mimpi dengan melihat sebuah lampu petromaks yang bersinar di puncak Gunung Bilala. Hal ini dialaminya pada tahun 1950 dan ditakbirkan sebagai perintah mendirikan sebuah lembaga pesantren yang khas untuk penghapalan Alquran dan ilmu-ilmu agama Islam.

Pada Juni 1975, Lanre Said kembali bermimpi agar segera mendirikan pondok pada awal bulan Agustus. Akhirnya, Darul Huffadh didirikan pada 7 Agustus 1975 di Tuju-Tuju, Kajuara, Bone. Karena situasi tidak memungkinkan, pondok dibentuk menjadi sebuah majelis biasa dengan nama Majlis Qurro’ Wal Huffadz.

Pondok ini berdiri tanpa donatur pembangunan dan ruang kondusif untuk tempat pengajian. Semua hal ini disebabkan pada saat itu pemerintah tidak mengizinkan akan didirikannya pondok ini, serta masyarakat yang tinggal di sekitar pondok enggan menginfakkan hartanya untuk pembangunan pondok ini. Awalnya, tidak ada bangunan mewah yang menyertai pendirian pesantren tersebut.

Hanya sebuah rumah panggung milik Lanre Said yang dijadikan tempat belajar sekaligus sebagai tempat tinggal para santri. 17 tahun kemudian, nama Darul Huffadh baru resmi digunakan setelah diresmikan sejak didirikan pada 1975. Proses pendirian pesantren ini memang melewati proses panjang karena tidak mendapat izin dari pemerintah saat itu.

Bahkan pondok ini menjadi objek penyerangan aparat pemerintah dengan terus mengintimidasi serta berusaha menghentikan pembangunan dan pengajaran yang dipimpin langsung oleh Lanre Said ini. Ustaz H Lanre Said wafat di usianya yang ke-82 tahun, pukul 13.30 Wita, 24 Mei 2005. Beliau dimakamkan di kawasan pondok. Almarhum menitipkan amanah yang tidak ringan.

Yaitu amanah membangun kembali Darul Huffadh menuju peradaban keemasannya Alquran dan Assunnah. Menurut Direktur Kuliyatul Mu’alimin Al- Islamiyyah (KMI) Darul Huffadh Ustaz Mustari Gaffar, semua santri di pondok ini diwajibkan menghafal Alquran dan ikut serta proses belajar di KMI. Saat ini,santri KMI putra-putri Darul Huffadh tercatat hingga 700 santri dengan tenaga pengajar sebanyak 85 ustad dan ustazah.

“Alhamdulillah, proses belajar dan mengajar di pesantren ini berjalan dengan baik. Santri-santri yang belajar juga berdatangan dari seluruh penjuru daerah,” kata Ustad Mustari yang juga alumni Darul Huffadh ini. Menurut dia, pondok pesantren putri memang baru dibuka pada 1997 untuk memperlebar sayap dakwah pesantren. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler mulai dijalankan sebagai bekal bagi santri untuk menantang masa yang kian hari makin berkembang.

Mulai dari kursus bahasa,seni dan komputer,yang kesemuanya itu dikelola oleh kalangan pondok.

“Saat ini Darul Huffadh sudah membina Madrasah Aliyah Darul Huffadh,Madrasah Tsanawiyah,dan Salafiah Darul Huffadh,dan semuanya terdaftar di Kementerian Agama,” katanya.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3668 seconds (0.1#10.140)