Tradisi Mudik Pererat Silahturahmi

Rabu, 23 Juli 2014 - 14:56 WIB
Tradisi Mudik Pererat Silahturahmi
Tradisi Mudik Pererat Silahturahmi
A A A
JAKARTA - Tradisi mudik menjadi kewajiban kebanyakan masyarakat di Indonesia. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh umat muslim, melainkan masyarakat Indonesia kebanyakan. Bukan hanya menjadi tradisi tetapi mudik lebaran menjadi ajang silahturahmi bersama keluarga besar dan orang terdekat.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama (Kemenag) Nur Syam mengatakan, dalam tradisi mudik tertanam makna silaturahmi yang mengandung banyak pahala.

Menurut dia, Islam memastikan bahwa silahturahmi adalah amalan ibadah. Karenanya amalan ibadah akan mendapatkan pahala.

"Maka semakin banyak orang bersilahturahmi, maka akan banyak pahala yang datang padanya," kata Nur Syam saat ditemui di Kantor Kemenag, Jakarta, Rabu (23/7/2014).

Selain momentum mempererat silahturahmi, mudik juga menjadi sebuah tradisi di Indonesia. Menjelang lebaran tradisi mudik hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia. Hal ini sangatlah baik, karena dengan tradisi dapat mempererat tali komunikasi yang sebelumnya dilakukan secara visual.

"Dengan mudik, silahturahmi dari hati ke hati terjadi. Disana kita bisa melihat ekspresif dari suasana hati," ujarnya.

Dalam bahasa Jawa, tradisi mudik sudah menjadi tradisi sosial. Jika dilihat mudik adalah tradisi yang tidak akan habis dimakan zaman, walaupun telah terjadi perubahan sosial.

Banyak alasan mengapa masyarakat Indonesia tetap melakukan mudik walaupun harus berada 15 jam di dalam mobil atau jalan. Menurut Nur Syam, hari raya sebagai momentum untuk berkumpul dengan keluarga. Karena pada saat lebaran tersebut semua saudara dan kerabat berkumpul.

Selain itu, biasanya para keluarga melakukan ziarah makam. Kebiasaan masyarakat Indonesia untuk menyekar makam keluarga. Bahkan ketika orang tua sudah meninggal, maka yang dijadikan sebagai pedoman di dalam tradisi mudik adalah berkunjung ke makam leluhur.

Melalui rasionalitas seperti ini maka mudik akan tetap menjadi agenda rutin bagi banyak warga Indonesia, sebab memang memiliki rasionalitasya sendiri. Jadi kita tidak mungkin menghentikan tradisi mudik ini dan yang penting adalah tetap menjaga agar mudik tersebut tetap nyaman dan aman, sehingga mereka yang mudik juga merasa terlindungi.

"Mudik juga dijadikan ajang rekreasi. Walaupun bermacet-macetan tidak dianggap sebagai beban hidup," tegasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5747 seconds (0.1#10.140)