PBNU: Puasa sebagai Bentuk Menahan Diri

Sabtu, 12 Juli 2014 - 07:18 WIB
PBNU: Puasa sebagai Bentuk Menahan Diri
PBNU: Puasa sebagai Bentuk Menahan Diri
A A A
JAKARTA - Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Zakky Mubarrak mengatakan, melaksanakan puasa adalah bagian untuk menahan diri. Dengan tidak malakukan makan dan minum, berhubungan suami istri di siang hari dan menahan napsu dari hal lainya yang membatalkan puasa adalah pencapain sifat sabar dan iklas.

Karenanya jika seseorang tidak iklas, maka tidka akan terjadi kesabaran. Karennaya dua sifat itu saling berkaitan.

"Puasa itu adalah bentuk menahan diri, maka hal tersebut tidak dapat dilakukan jika tidak iklas karena mencari keridhoan Allah," ujarnya di Jakarta, Jumat 11 Juli 2014.

Menurut dia, dalam menjalankan kehidupan kesukseskan diraih dengan kesabaran. Dicontohkan seseorang yang harus sabar dalam menjalankan pendidikan jika tidak maka cita-cita yang dinginkan tidak akan tercapai. Dalam pergaulan, seseorang juga dilatih untuk bersabar dan menahan diri saat berinteraksi dengan teman, kerabat dan keluarga.

Karenanya, seseorang yang iklas akan melakukan pekerjaanya dan kehidupanya dengan profesional dan sabar. Untuk mencapai tingkat kesabaran tentunya adalah proses

Melatih kesabaran bukanlah hal mudah. Hal itu harus dilakukan dengan hati iklas. Walaupun mungkin banyak hal yang dilakukan karena tuntutan atau rasa takut, namun sambil berjalan waktu hal tersebut dapat menjadi kesadaran di dalam diri.

"Misalnya dahulu kita sering diminta salat oleh orang tua dengan paksaan karena itu wajib. Namun semakin kita dewasa kita lakukan itu dengan ikhlas dan sabar, karena itu adalah kewajiban sebagai umat Islam," tegasnya.

Seketatis Pusat Sejarah Polri Kombes Yahya Agil mengatakan, puasa adalah proses mendekatkan diri dan mengajarkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Hal tersebut membutuhkan kesabaran dan keiklasan dalam proses tersebut.

Menurut dia, seperti yang disampaikan Imam Ghozali ada tingkatan dalam menunaikan ibadah puasa. Yaitu puasa awam, puasa yang dilakukan oleh kebanyakan dengan menahan lapar dan haus.

Selain itu puasa khusus adalah puasa yang bukan hanya menahan lapar dan haus tetapi juga mempuasakan indra-indra di dalam dirinya seperti mata, mulut, tangan dan lainya. Yang terakhir adalah puasa yang tingkatanya lebih tinggi selain yang disebutkan tadi seseorang juga mempuasakan hatinya.

"Ini tidak mudah, dalam Bulan Ramadan ini seyogyanumya kita dapat melakukan puasa bukan hanya menahan lapar dan haus tapi juga menahan diri denhan kesabaran dan iklas dilakukan," paparnya.

Menurut dia, dalam meraih kesabaran dan iklas pasti ada ujian yang diberikan. Maka ujian tersebut diberikan dalam bentuk yang beraneka ragam, misalnya kelaurga yang meninggal.

Maka orang yang bersabar dan iklas maka dia akan mengembalikan mmujian yang diberikan dengan mengucapkan innalilahi wainailahi rojiun. Apa yang Allah ciptakan maka akan kembali lagi kepada Allah, oleh sebab itu sabar saat ditimpa musibah atau ujian maka seyogyanya kembalikan kepada Allah.

"Kalau saat ini, momentum pasca pemilu yang menguji masyarakat Indonesia untuk sabar dan iklas. Maka situasi saat seperti ini adalah waktu kita lebih mendekatkan diri," tegasnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9383 seconds (0.1#10.140)